catatan kecil dari pinggir hati

Belajar Hidup dari film Basiyo mBarang Kahanan

Basiyo. Banyak yang mengenal, tapi lebih banyak yang tidak mengenalnya. Yang orang Jogja dan kebetulan generasi lama biasanya mengenal sosok ini. Seorang pelawak tahun 50an dengan pola dagelan Mataram. Perkenalan saya dengan Basiyo sudah dimulai sejak SD, ketika kakek saya memutar kaset Basiyo atau mengajak saya untuk mendengarkannya dari radio. Lambat laun rasa penasaran saya terhadap Basiyo mulai luntur dikarenakan aktivitas hidup harian yang menyita waktu. Mulai lagi mendengarkan Basiyo ketika masuk era digital. Banyak mp3 Basiyo yang beredar di internet, antara lain di ki-demang.com ini. Dan sekarang para generasi mudapun sudah mulai mengenal Basiyo. Basiyo menjadi terkenal justru setelah beliau meninggal.

Pengenalan saya terhadap biografi tokoh ini justru dimulai di tahun ini, ketika saya bersama kawan-kawan dari Sanggit Citra Production diberi kepercayaan lagi oleh Dinas Kebudayaan DIY untuk membuat film sejarah. Tahun lalu kami membuat film sejarah berbasis peristiwa, yakni Film Sebelum Serangan Fadjar . Dan tahun 2015 ini kami mengangkat film sejarah biografi tentang Basiyo.
Ketika berkenalan dengan para narasumber untuk film ini :
  1. Harto Basiyo (Salah satu putra Pak Basiyo)
  2. Andjarwani (seniman kethprak senior)
  3. Widayat (seniman kethoprak senior)
saya serasa dibawa flashback tahun 60-70an, ketika kethoprak dan dagelan mataram menjadi aset kesenian yang masih eksis, Saya tidak akan menceritakan bagaimana sejarah kethoprak, tapi kemudian bagaimana menelaah ketokohan Basiyo . Dan yang saya temukan justru jauh dari kesan selebritis. Sosok Basiyo adalah sederhana, serius dan dermawan. Berikut ini adalah salah satu quote yang mungkin tak pernahmuncul di lawakan-lawakannya, tapi mengena di hati :
Wong urip kuwi gampang, nganggo gedhek sak lembar we isa urip. Nek esuk gedhekke dinehke wetan, nek awan gedhekke disunggi, nek sore dinehke kulon. mBanjur nek bengi gedhekke digulung njur awake dhewe turu nang njerone. Wis. Orasah bingung.
Saya pikir itu adalah 'kegilaan intelektual' Basiyo. Dan saya bersama tim akhirnya mencoba menerjemahkannya dalam film. Dan berikut ini adalah teasernya:

Untuk foto-foto saat pengambilan gambar, silakan klik disini
Semoga film ini bisa memecah kebekuan data visual tentang Basiyo, salah satu icon Jogja dan tokoh seniman pada masanya.





Tamansari 19 Jui 2015




6 comments:

  1. Selamat malam, salam kenal nih kak.. mampir ya, blognya bagus banget nih templatenya, isinya juga keren-keren, penuh info penting dan bermutu, keep posting ya kaka ^^

    ReplyDelete
  2. Hadir kembali berkunjung dihari yang indah dan cuaca yang cerah ini, terimakasih teman karena selalu berbagi info menarik yang ter up to date, keep blogging!!

    ReplyDelete
  3. Semua berita yang ada di website anda sangat menarik perhatian untuk di simak, salam sehat. . . !! Semoga beritanya dapat bermanfaat! share ya gan, thanks nih!!

    ReplyDelete
  4. Terimakasih atas informasinya :) semoga sukses slalu .. Ditunggu informasi menarik selanjutnya :) senang berkunjung ke website anda, terimakasih. sekali lagi thanks.

    ReplyDelete
  5. Sebentar lagi hari raya idul adha akan tiba, jangan lupa puasa arafah bagi yang muslim, semoga tahun ini membawa berkah dan kebahagiaan. Keep posting, gan..

    ReplyDelete

Belajar Hidup dari film Basiyo mBarang Kahanan