catatan kecil dari pinggir hati

Mudik & Lebaran 2.0


Menggelitik. Ini sekedar tulisan sederhana saya tentang fenomena mudik yang tiap tahun terjadi menjelang Hari Lebaran yang dirayakan umat Islam.
Tak usah berpanjang-panjang, jelas sudah bahwa mudik semacam menjadi hal wajib bagi perantau untuk kembali ke kampung halaman berkumpul dengan keluarga, setelah bekerja keras selama setahun di tanah perantauan. 

Dahulu, mudik masih dirasa mudah, mungkin. Karena belum banyak perantau yang memenuhi kota-kota besar di negeri ini, utamanya Jakarta. Kesejahteraan (yang mungkin semu) diciptakan oleh rezim kala itu dan berbuah pada tingkat hidup layak yang bisa dinikmati oleh para perantau. Jumlah penduduk Indonesia juga berpengaruh pada tingkat keruwetan transportasi. 
Bisa dikatakan bahwa kala itu para pemudik kembali ke kampung halaman dengan semangat MENIKMATI HASIL KERJA KERAS (1.0).
Sekarang? Fenomena mudik sangat terasa ruwet. Korban berjatuhan, bahkan sebelum sampai kampung halaman tercinta. 

Perjuangan dimulai bahkan sebelum mencapai alat transportasi. Para perantau harus rela berdesakan untuk mendapat tempat. Beberapa moda transportasi masih harus dibenahi oleh pejabat yang bertanggungjawab. Tak dipungkiri bahwa ledakan jumlah penduduk ikut berpengaruh besar dalam kesemrawutan ini. Kesadaran para pemudik tentang bahaya yang mungkin ditimbulkan saat perjalanan juga masih harus ditingkatkan. Kondisi ekonomi juga memaksa pemudik untuk melakukan perjalanan dengan alat transportasi yang seharusnya tidak digunakan untuk mudik. Murah meriah. Motor.
Infrastruktur jalan yang seharusnya diperbaiki dan siap pada saat menjelang Lebaranpun terasa seperti "proyek abadi" yang tak kunjung selesai. Lubang disana-sini, aspal yang bergelombang tentunya sangat berbahaya bagi pengendara.






Entah mengapa setiap melihat foto seperti ini aku kok merasa miris. Anak-anak seolah "dipaksa" menjalani sebuah petualangan tahunan yang oleh bapak ibunya telah dianggap menjadi budaya yang harus dilakukan.





Intinya, mudik jaman sekarang adalah BEKERJA KERAS AGAR BISA MENIKMATINYA (2.0)
Bekerja keras untuk memperoleh uang saku yang cukup
Bekerja keras untuk booking tiket yang biasanya sudah habis jauh hari sebelum Lebaran
Bekerja keras untuk masuk ke alat transportasi
Bekerja keras melawan kerasnya jalanan
Dan menikmati sebentar hasilnya. Berkumpul bersama keluarga di hari Lebaran.

MENIKMATI HASIL KERJA KERAS (1.0) atau BEKERJA KERAS AGAR BISA MENIKMATINYA (2.0)? Pilihan sulit. Tak mudah mengubah kebiasaan yang telah mengakar ini. Semoga saja ke depan pikiran jernih selalu menyertai keputusan yang diambil. Semoga.


Selamat Idul Fitri 1434 H, Mohon maaf lahir dan batin.



Tamansari, 8 Agustus 2013



0 Komentar:

Post a Comment

Mudik & Lebaran 2.0