catatan kecil dari pinggir hati

The Art of Misuh

Misuh, bisa juga diartikan sebagai memaki. Namun sebenarnya misuh dalam bahasa Jawa tidak semata-mata dikaitkan dengan memaki. Misuh juga bisa dikatakan sebagai ekspresi spontan dengan kata-kata terhadap sebuah peristiwa yang menimpa seseorang.  Terkadang tidak diperlukan kehadiran orang kedua atau ketiga untuk memancing sebuah pisuhan. Saat tersandung batupun seseorang bisa misuh dengan spontan.
Motivasi Misuh

Ditinjau dari motivasinya saya bisa membagi latar belakang misuh ke dalam beberapa poin :


1. Misuh karena melakukan suatu kesalahan sendiri.


2. Misuh karena respon spontan terhadap sebuah kejadian, tanpa melibatkan orang kedua atau ketiga.


3. Misuh karena respon terhadap tingkah laku seseorang yang menyakiti hatinya.


4. Misuh karena sedang menertawakan diri sendiri.


5. Misuh sebagai sapaan akrab dengan seseorang.


JENIS PISUHAN


Setiap daerah mempunyai jenis-jenis pisuhan yang beragam. Berdasarkan pengetahuan saya, maka pisuhan bisa dimasukkan dalam beberapa jenis:


1. Pisuhan macam-macam hewan.


2. Pisuhan profesi, misalnya:bajingan (profesi tukang gerobak).


3. Pisuhan anatomi tubuh.


4. Pisuhan hiperbolis, misalnya: makmu kiper (mana ada emak2 jadi kiper? :) )


5. Pisuhan berdasarkan warna lokal tiap-tiap daerah (kakekane:Semarang, matdirodok:Betawi, prek:Jawa)


KADAR EMOSIONAL PISUHAN


Dari sisi ini maka saya bisa membagi menjadi beberapa bagian:


1. Pisuhan ringan, biasanya merespon pernyataan seseorang yang menggelitik.


2. Pisuhan berat, emosinya tinggi dan meletup-letup, merespon sesuatu yang benar-benar melukai perasaannya.


3. Pisuhan karena kebiasaan, ini terjadi akibat dari pembiasaan yang dilakukan seseorang dan biasanya agak sulit untuk dihilangkan, seperti yang terjadi pada penulis sendiri.hehehehehe.


SENI MISUH


Nah, sekarang bagaimana agar kita bisa misuh secara nyeni dan kalau mungkin agara tidak menyakiti perasaan orang lain?


1. Empan papan (Sesuai pada tempatnya). Dimana kita berada, sedang di komunitas apa, layak menjadi pertimbangan apakah kita bisa misuh disitu atau bahkan tidak boleh misuh sama sekali.


2. Dengan siapa kita sedang berinteraksi. Setiap orang akan berbeda kadar penerimaannya saat mendengar pisuhan-pisuhan. Harus bijaksana, agar kita tidak menyakiti dan menyinggung perasaannya.


3. Ucapkan dengan emosi yang tepat.


4. Jangan misuh apabila memang tidak perlu.


Dari pemaparan saya tadi maka dapat disimpulkan bahwa misuh adalah bagian dari ekspresi seni berkata-kata dan bisa masuk dalam golongan sastra oral. Namun saya sangat tidak menganjurkan agar kita misuh-misuh. Karena misuh juga menjadi salah satu hal yang ditabukan agama. Tulisan ini hanya mencoba menjembatani agar pisuhan kita bisa menjadi pisuhan yang nyeni dan elegan.


Marilah misuh dengan bijaksana. Sekian.


Nologaten 7 Januari 2011




0 Komentar:

Post a Comment

The Art of Misuh