catatan kecil dari pinggir hati

Bangku Usang di Sebuah Taman

Diam. Ia bertatahkan kesepian yang terus tumbuh. Mungkin saja ia dulu adalah tahta bagi pasangan-pasangan yang saling cinta. Atau mungkin pengusir kesepian bagi jejaka maupun gadis yang kehilangan cintanya. Pada yang dinamakan waktu ia mengabdi. Pada yang dinamakan sejarah ia menengadahkan tangan, meminta agar tak terhapus dari garis memori. Sekarang ia sendiri. Benar-benar seorang diri. Beribu kisah cinta yang pernah diukir diatasnya tak mampu membunuh kesepian yang merambat pelan memenuhi hari-harinya. Berteman dua batang kayu yang entah dari mana datangnya. Yang mungkin mempunyai kisah sedih dan gembiranya sendiri. 
Kehangatan pagi tak mampu membangunkannya dari rindu akan perasaan dibutuhkan. Dibutuhkan menjadi teman bicara, walau ia hanya mampu mendengarkan. Menjadi teman pembunuh waktu bagi para eksekutif muda yang menghabiskan makan siangnya disini, di taman ini.
Tak lebih ia hanya pengisi jejak kosong kisah cinta. Tak lebih hanyalah kekurangan yang ada pada dirinya. Tak lebih ia hanyalah penyendiri, yang lebih suka bercermin dan melihat masa lalunya.
Tak lebih, ia hanyalah bangku usang di sebuah taman.



0 Komentar:

Post a Comment

Bangku Usang di Sebuah Taman