catatan kecil dari pinggir hati

Perkutut, Hobi Menjelang Tahun Baru


Sejak dulu, sebetulnya saya tidak terlalu bisa menikmati suara atau apapun yang berhubungan dengan burung. Padahal tetangga saya memelihara burung oceh-ocehan semacam kenari, jalak, pleci, senger, dan sebagainya. Hampir tiap pagi saya nongkrong di rumahnya, mencoba menikmati suara burung-burung tersebut, namun entah kenapa tidak bisa menikmatinya.
Pada suatu waktu di sekitar bulan Oktober, saya dolan ke sebuah tempat yang biasa dipakai untuk berdoa. Di tempat itu saya berdoa seperti biasa, bersyukur dan berserah. Entah kenapa tiba-tiba dalam hati kecil ini didorong sangat kuat untuk memelihara burung, spesifik adalah burung perkutut. Masih dalam kebimbangan, keinginan itu saya biarkan berkembang, sembari mempelajari perkutut dari artikel di internet dan dari beberapa grup facebook, khusus pecinta perkutut. 

Ada beberapa kejadian menarik. Suatu malam saya beli nasi goreng di warung langganan, dan tiba-tiba salah satu tukang parkir disana menggenggam perkutut dan minta sangkar pada si penjual nasi goreng. Dalam hati saya berpikir, "Kalau ditawarkan ke saya, akan langsung saya pelihara." Tetapi gayung belum bersambut, kejadian itu berlalu begitu saja. Kejadian berikutnya, diatas genteng rumah tiba-tiba ada perkutut mondar-mandir. Tapi juga berlalu beitu saja. Nah, kejadian terakhir berikutnya ini yang semakin memastikan bahwa keinginan memelihara perkutut ini harus disikapi secara serius. pada suatu siang, tiba-tiba ada perkutut bangkok betina datang ke halaman rumah, dan berhasil ditangkap. Dan perkutut itu akhirnya saya pelihara.
Perkutut Bangkok, Peliharaan Perdana
(18 November 2014)

Perkutut betina bangkok ini bertengger sendirian. Di sekitar akhir bulan November, saya membeli seekor burung perkutut lokal udan mas jantan dari seorang peternak yang berdomisili di Bojonegoro. Perkutut ini saya beri nama Panut. 
Perkutut lokal Udan Mas Jantan
Nama: Panut (31 November 2014)

Demikianlah, dua ekor perkutut ini menghiasi hari-hari sepanjang bulan Desember 2014. Dan tanpa dinyana, di akhir 2014 burung perkutut bangkok betina lepas dan terbang, gara-gara saya berkesperimen ngetes kadar kejinakan dengan melepasnya perlahan. Selama 2 hari Panut sendirian, dan akhirnya saya putuskan untuk membeli 1 perkutut lagi dari Pasar Hewan di Jogja.
Perkutut lokal yang saya beli ini mempunyai keunikan di suaranya yang bertimbre kecil, tapi dengan tempo cepat. Baru 3 hari di rumah, perkutut ini sudah mencoba lepas dari genggaman saya, dan secara refleks saya pegang ekornya, hingga ekornya tercabut semua. Akhirnya saya beri nama Si Brondhol.
Perkutut lokal katuranggan ketitir
Nama: Si Brondhol (Akhir Desember 2014)

Demikianlah, 2 perkutut lokal ini menghiasi teras rumah. Walaupun belum gacor (rajin manggung), tapi begitulah, butuh kesabaran dan ketelatenan untuk memelihara jenis burung satu ini. Dan saya sudah mencoba berkomitmen untuk mengkoleksi perkutut lokal, peninggalan para leluhur yang harus dilestarikan.

Tunggu kisah-kisah dan tips perkutut berikutnya.



Happy Kung :)
Tamansari, 3 Januari 2015










0 Komentar:

Post a Comment

Perkutut, Hobi Menjelang Tahun Baru