catatan kecil dari pinggir hati

'Pandhita in Love', dari Gagasan menjadi Kenyataan


Ditarik ke belakang, proses penciptaan karya ini dimulai sekitar bulan September 2013, dan baru meruncing, fokus, pada Januari 2014. Menemani proses Kakang Whani, mulai dari embrio hingga kelahirannya adalah sebuah pembelajaran tersendiri. Ada yang datang, dan ada pula yang pergi. Mulai dari omong kosong sambil ngunyah kacang sampai rapat serius yang menghabiskan sekian lembar kertas kosong.
Ini adalah salah satu awal kembalinya saya ke dunia seni pertunjukan, setelah di 2013 kemarin berkolaborasi juga bersama teman-teman JVMP untuk membuat videomapping 'Wayang Kancil' di Pembukaan FKY. Sejak SMA, saya sudah bergelut dengan tubuh dan panggung, namun kali ini saya lebih banyak menuangkan gagasan melalui medium visual, khususnya video.
Setelah sejak tahun 95 bergelut di audio visual, sekarang saatnya bagi saya untuk sedikit 'bermain-main' dengan media itu dan mengkompilasikannya dalam sebuah pertunjukan diatas panggung. Elemen videoart di pementasan ini bisa menjadi 'penarik perhatian' dan juga sebagai 'penghenti mata', mengingat naskah Pandhita in Love sendiri termasuk naskah yang datar, tak meledak-ledak. Justru disinilah tantangannya, bagaimana videoart mampu menjadi jembatan dan tangga menuju dramatika yang mampu dicerna penonton masa kini.

 

Proses penelaahan respon visual terhadap naskah, ruang dan setting mempunyai tantangannya sendiri. Terlebih ketika berurusan dengan teknologi pasti harus ada 'harga' yang dibayar. Dan itu tak mudah, namun harus diselesaikan.
Akhirnya setelah melalui proses 6 bulan lebih, pada tanggal 12-13 Mei kemarin pementasan bisa digelar. Sukses atau tidak? Saya serahkan kepada penonton. Yang jelas upaya visualisasi di 'Pandhita in Love' ini didukung sepenuhnya oleh teman-teman #JVMP (Jogja Video Mapping Project): Raphael Donny, Gilang dan Hanes (Studio Lepas Kendali). Tak lupa juga terimakasih saya kepada Hanung Bramantyo dan Dapur Film yang telah support dalam hal penyediaan proyektor.
Terimakasih juga kepada WhaniD Project atas kesempatan ini, dan tentunya kepada semua penonton yang setia menonton dalam gerimis riwis-riwis. Tak lupa thanks untuk pakde Dwi Koen, Mas Widi dan Mas Yossi atas foto-foto yang saya share disini.




Salam estetika... :D

16 Mei 2014




0 Komentar:

Post a Comment

'Pandhita in Love', dari Gagasan menjadi Kenyataan