"Aku malas nonton King's Speech. Kayaknya itu film 'capek'", kata seorang teman ketika aku sarankan dia untuk menonton film pemenang Oscar ini. Namun beberapa hari kemudian ternyata diam-diam dia menonton film ini dan bilang, "Ternyata filmnya asyik. Jauh dari 'kecapekan' yang kubayangkan". Ya tentu saja, karena film ini memanjakan penonton dengan sebuah drama yang akan sangat sayang kalau dilewatkan. Walau film ini berlatar sejarah Kerajaan Inggris yang terkesan aristokrat dan kuno, namun pembangunan tangga dramatik dan visualisasinya sangat kekinian.
Shot-shot yang dibangun sangat tidak biasa. Kita dihadapkan dengan gambar yang progresif dan revolusioner. Akan sangat berbeda kalau visual di film ini mengikuti alur ceritanya yang sangat feodal, pasti membosankan. Itulah yang bisa saya simpulkan mengapa temaku itu tidak bosan saat menonton film ini, karena VISUAL YANG TIDAK BIASA. Kenapa bukan visual yang luar biasa? Karena shot-shot sejenis ini sudah lazim digunakan di film-film yang lain. Tapi menjadi tidak biasa karena visual film ini ditabrakkan dengan tema yang cenderung konvensional.
Berikut adalah beberapa visual tidak biasa yang bisa ditemukan di film King's Speech ini :
Penggunaan lensa wide saat closeup, menjadi daya tarik tersendiri dari film ini. Seolah ingin menekankan sesuatu yakni karakter wajah dan ekspresi dari tokoh.Tidak proporsionalnya anggota tubuh akibat distorsi lensa wide (gambar 1) justru membantu penonton untuk melihat anatomi tubuh seseorang dengan ukuran tidak biasa. Banyak shot-shot yang seperti ini.
(Gambar 2) Kombinasi lensa wide,depth of field yang sempit, foreground, menghidupkan suasana yang sebetulnya sangat silent di adegan saat King akan melakukan pidato di radio.
(Gambar 3) Komposisi yang tidak biasa, menonjolkan arsitektur bangunan hingga seolah-olah 'memakan' manusia yang ada di situ, apalagi ditambah dengan foreground tangan yang sangat mendominasi frame namun justru out focus. Apa yang menjadi point of interest mata kita?Shot ini benar-benar mengacak mata kita.
Perhatikan Gambar 4, Distorsi bangunan karena lensa wide menjadi dominan. Hal ini disengaja, mungkin untuk mendinamisasi adegan itu dan menabrakkan bangunan-bangunan aristokrat ala Inggris menjadi lebih lentur dipandang. Selain itu penggunaan tata cahaya pictorial, cenderung ke beauty lights menambah kesan kekinian.
Gambar 5 dan 6 adalah sebuah reverse shot dalam adegan. Komposisi ini tidak konvensional karena looking space yang minim sehingga arah pandang tokoh mepet ke arah frame di depannya.
Gambar 8
Gambar 7 dan 8 adalah contoh shot yang benar-benar tidak biasa. Perhatikan headroom yang lebar,looking space yang sempit. Tiba-tiba aku teringat Mr Bean. Tetapi bukan filmnya namun salah satu property yang menjadi bagian film Mr Bean, yakni lukisan Whistler Mother
Silakan perhatikan gambar 7 dan 8 lagi, lalu tengoklah lukisan diatas. Yup, ternyata dibalik shot-shot yang tidak biasa itu kita dibawa ke masa-masa ketika lukisan masih menjadi salah satu kekuatan visual. Itulah mengapa walaupun shot-shot yang dibuat sangat tidak biasa namun masih bisa terasa klasiknya.
Layaklah kalau film ini mendapat Best Picture di Piala Oscar karena dramatik dan visualnya mampu mengacak-acak mindset kita yang terjebak pada paradigma film-film klasik dengan shot-shot klasik. Bravo King's Speech!
Nologaten 18 April 2011
0 Komentar:
Post a Comment