Maraknya peristiwa intoleransi di Yogyakarta, sudah jelas menimbulkan kegelisahan bagi orang-orang yang tinggal di dalamnya, termasuk saya. Sejak kecil berada di kota ini dan merasakan bagaimana rasa nyaman perlahan berubah menjadi kepenatan. Baik penat secara fisik maupun psikis.
Rentetan kebijakan pemerintah daerah dan disusul reaksi masyarakatnya kok rasa-rasanya makin jauh dari Jogja yang aku kenal. Mulai dari spanduk-spanduk yang bernada ancaman atau hujatan hingga peristiwa yang melibatkan fisik secara langsung, menghiasi kolom-kolom berita lokal.
Apa sih sebenarnya penyebab ini semua?
Dulu, pada awalnya, mohon maaf, terkadang yang menjadi kambing hitam adalah para pendatang yang bermukim di kota ini. Para pendatang ini seperti dipersalahkan karena membawa idiom-idiom baru di tengah masyarakat Jogja, yang secara kebetulan idiom tersebut ada yang baik dan buruk. Tapi sekarang kok sepertimya orang-orang yang asli Jogjapun melakukan hal-hal yang jauh dari dasar kebudayaan Jogja. Ditilik sejak awal, sopan santun di kota ini telah mengalami degradasi kualitas dan kuantitas. Semakin kesini orang lebih banyak menyapa gadgetnya daripada menyapa orang-orang di sekitarnya. Ini baru tahap awal. Ketika jaman modern makin terbuka, bukan tak mungkin masuknya paham-paham baru menjadi lebih lancar dan tak kentara, ditunjang oleh gadget komunikasi yang semakin canggih. Gethok tular paham-paham baru tersebutlah yang kemudian mulai bertumbuh subur di kota ini. Sayangnya, tidak semua berakibat baik, tapi ada juga yang buruk.
Kraton dimana?
Salah satu pilar penjaga kebudayaan ini sedang menghadapi masalah dalam hal suksesi. Tentu saja ini menyita waktu, energi, perhatian, bahkan mungkin juga finansial Kraton. Sepertinya timingnya memang pas. Saat Kraton sedang dalam masalah, yang di luar betengpun juga mulai tumbuh masalah-masalah utamanya berkaitan dengan toleransi umat beragama. Sebaiknyalah Kraton, dalam hal ini Sri Sultan HB X segera menyelesaikan masalah suksesi ini dan kembali lagi berkonsentrasi membangun masyarakat, baik beliau sebagai gubernur, atau raja.
Pada dasarnya induk semang toleransi adalah kebudayaan, bukan semata agama. Dan akar dari toleransi adalah kemanusiaan. Ketika kita semua memahaminya maka niscaya Jogja akan kembali menjadi kota yang ramah terhadap spiritualitas dan relijiusitas.
Tamansari, 24 Juli 2015
sudah beberapa hari saya mencari berita seperti ini, dan akhirnya.. akhirnya ketemu!! terimakasih nih ya? postingannya sangat berharga bagi saya, thanks gan!
ReplyDeleteTerimakasih atas semua artikel bermanfaat yang sudah anda publikasikan melalui blog yang menarik ini, saya tunggu postingan selanjutnya, have a nice day, kawan :)
ReplyDeletenice post, gan... Keep posting!!
ReplyDeletenice post, gan... Keep posting!!
ReplyDeleteWWW.KAISARGAMING.ID GAME ONLINE TERPERCAYA | SPORTBOOK | SABUNG AYAM | SEXY LIVE CASINO | TEMBAK IKAN | SLOTS GAME
1 ID bisa untuk main ratusan permainan
minimal deposit/withdraw hanya Rp.20.000
Hubungi kami :
Whatsapp (WA) : +85585875998
BBM ID / Pin : KaisarG
Line ID : kaisargaming
www.kaisargaming.id
Special Promo Kaisar Gaming
Bonus Promo :
Bonus First Deposit 100%
Jackpot Sabung Ayam 100%
Bonus Next Deposit 10%
Bonus Cashback 5%
Bonus Turn Over 1%
Bonus Top-up (Special in Kaisar Gaming)
Berita sabung ayam, Perawatan ayam aduan Dan Join Sabung Ayam Disini:
Sabung Ayam
untuk baca berita tentang game online terkini bisa klik disini :
Seputar Game Online di Indonesia
tips cara menang :
Tips dan Trick Bermain Game Online Berbayar Agar Selalu Menang Klik Disini
Agen Terbaik Sepanjang masa yang rela memberikan tips bermainnya agar selalu menang
Mengupas tuntas tentang judi Online agar selalu menang klik disini
untuk baca berita terkini tentang Sepak Bola Dan Olahraga lainnya bisa klik disini :
Berita Sepak Bola dan Sport Yang Selalu Update
Banyak Promo Game Online nih disini :
VOCHER GAME ONLINE GRATIS !!!!
Banyak Promo nih buat yang suka Gaming :
Suka Main Game Online
mau diskusi dan jual beli ayam ? bisa kunjungi aja website dibawah ini :
Forum diskusi dan Jual Beli