Memaknai pisuhan bukan sekedar omong jorok atau memaki. Namun pisuhan adalah sebuah reaksi spontan dan jujur terhadap sebuah aksi atau kejadian.
Mari membahas pisuhan dengan santai, tanpa misuh-misuh :) Kali ini kita obrolin pisuhan ala Jogja (yang aku tahu saja ya). Tentu saja pisuhan banyak macamnya dan berbeda di tiap daerah.
Sebagai salah satu budaya tertua, komunikasi verbal sudah ada sejak jaman pra sejarah, bahkan sebelum diciptakan sandi-sandi maupun tanda-tanda. Walaupun sekedar geraman atau teriakan, komunikasi verbal telah mampu melahirkan arti dan melibatkan 2 orang atau lebih dengan kesepakatan-kesepakatan tertentu.
Misuh, dalam arti harafiahnya adalah mengumpat. Dalam perkembangannya misuh saat ini telah menjadi bagian dari komunikasi verbal untuk memberi stressing point terhadap satu hal. Ada pisuhan/umpatan yang bernada kasar, namun ada pula pisuhan 'halus' sebagai reaksi spontan. Tulisan ini tidak akan membahas pisuhan kasar namun kita akan korek-korek sedikit pisuhan yang sifatnya bukan mengumpat semata.
1. Asem ; Ini mungkin pisuhan yang paling halus. Bahkan sejak jaman aku SDpun sudah misuh dengan kata ini. Orang yang kita pisuhi tidak akan terlalu tersakiti. Entah mungkin karena kata asem ini diambil dari nama buah ataukah dari bau-bauan, sehingga tidak nandhes sampai ke hati.
2. Bajigur ; Nama minuman tradisional ini juga menjadi bagian dari pisuhan, agak lebih kasar dari asem, tapi tidak sekasar yang lain juga.
3. Bajilak, Hajingak, Jilak, jigur ; Ini pisuhan yang relatif agak 'muda'. Mungkin ini adalah proses slank dari beberapa pisuhan, bajigur, bajingan (dihaluskan menjadi bajilak) atau mungkin memang lahir untuk sebagai perkembangan kosa kata pisuhan.
4. Prek ; Ini pisuhan yang biasanya diartikan sebagai 'ora urusan'. Jadi mengeprekkan omongan orang lain berarti tidak mau mendengarkan omongan itu. Kalau orang lain itu tidak siap, kata prek ini sudah terasa agak kasar mungkin.
5. Jingfay, Afu, suog dan sejenisnya ; Sepertinya ini generasi pisuhan paling muda. Memlintir bunyi2an dari pisuhan asli yang terasa kasar, kemudian dihaluskan dan dipersingkat. Maksudnya biar nandhesnya juga nggak dalem-dalem amat :)
6. Nama-nama hewan atau anggota tubuh ; Ini adalah pisuhan yang kemungkinan besar memang untuk mengumpat. Akibat rasa kesal, tidak setuju, atau hal-hal yang bersifat ekstrim. Pisuhan jenis ini mungkin yang paling tua umurnya. Jangan menggunakannya di forum-forum umum dimana orang yang di dalamnya mungkin tidak siap mendengarkan. Pisuhan ini biasanya dipakai dengan orang-orang terdekat yang tahu betul karakter kita seperti apa.
7. Su, ngan, dan sejenisnya ; Biasanya untuk memanggil seseorang. Jelas, orang yang dipanggil harus siap dengan jenis pisuhan satu ini. Karena merunut dari asal katanya pisuhan ini sebenarnya termasuk jenis yang kasar. Jangan dipakai untuk orang yang belum terlalu dikenal. Bisa dikampleng :)
Kosa kata pisuhan memang bermacam-macam arti dan fungsinya. Jangan lupa bahwa nada bicara juga mengambil posisi penting sebagai penegasan pisuhan. Pisuhan halus bisa menjadi terdengar kasar bila diucapkan dengan nada tertentu. Dan pisuhan kasar bisa terasa bercanda ketika diselingi senyum dan tertawa.
Marilah kita misuh dengan nyeni. Misuh tapi tidak menyakiti. Misuh butuh kebijaksanaan. Bijaksana dalam pemilihan kata, dan bermain intonasinya. Untuk lebih lengkapnya, silakan baca juga di The Art of Misuh . Ini tulisan intermesso, jangan dianggap terlalu serius. Tapi mudah-mudahan juga berarti. Minimal setelah baca tulisan ini kamu bisa misuh sambil tersenyum, SUOG! :)
Tamansari 16 Juli 2013
Pik!
ReplyDeleteNget!
ReplyDelete