catatan kecil dari pinggir hati

Videografi Seni Pertunjukan Wayang Rumah Ki Slamet Gundono

Seni Pertunjukan, sejatinya adalah karya seni yang dipertunjukkan pada satu waktu tertentu dan hanya bisa dinikmatai saat itu juga. Pada perkembangannya, dokumentasi berbentuk foto atau video dibutuhkan oleh seni pertunjukan sebagai arsip, bahan evaluasi, bahkan sebagai alat untuk lampiran proposal pentas-pentas berikutnya. Videografer yang baik biasanya akan melalui proses riset tentang pertunjukan tersebut. Beberapa cara bisa dilakukan untuk mendapatkan informasi detail tentang pertunjukan, mulai dari naskah, literatur tertulis, atau wawancara langsung dengan senimannya.
Wahana pementasan seni pertunjukan bisa bermacam-macam, mulai dari panggung yang berstandard internasional dengan akustik dan lighting yang mencukupi, namun bisa juga seni pertunjukan tersebut digelar di lapangan dengan penerangan seadanya. Butuh kompromi yang win-win solution antara seniman dan videografer.

Antara Standard Teknis dan Artikulasi Estetika

Seperti kita ketahui kamera video adalah alat yang mempunyai keterbatasan dalam hal kepekaan menangkap cahaya. Seperti yang penulis alami pada saat mendokumentasikan Wayang Rumah Ki Slamet Gundono. Secara konsep estetika, Mas Slamet menginginkan agar pencahayaan di rumah yang kebetulan digunakan sebagai tempat pementasan dibiarkan apa adanya tanpa bantuan tambahan lampu video sedikitpun. Penulis sempat mencoba meyakinkan bahwa lighting sangat dibutuhkan agar obyek bisa tertangkap kamera dengan baik.  Mas Slamet berpendapat bahwa kehadiran lighting video akan mengganggu suasana natural yang coba dibangun oleh para pemain Wayang Rumah. Akhirnya tercapai kesepakatan tidak akan menggunakan tambahan lighting namun watt dari masing-masing lampu rumah akan dinaikkan semaksimal mungkin.

Penggunaan multi kamera pada pentas Wayang Rumah selain sebagai dokumentasi juga diperlukan agar penonton yang di luar bisa menyimak apa yang sedang terjadi di dalam rumah.


Kompromi sangat dibutuhkan pada saat pendokumentasian seni pertunjukan, karena terkadang suasana 'gelap dan natural' yang sebenar-benarnya adalah musuh terbesar kamera video. Jalan tengah ini perlu diambil agar standard teknis berimbang dengan kekuatan estetis dari pertunjukan itu sendiri. Tentunya kasus-kasus seperti ini tidak akan dijumpai pada produksi-produksi film yang media tontonnya berupa DVD atau televisi.


Menjadi bijak dan berkompromi tanpa mengabaikan kualitas.


Selamat Berkarya.


Nologaten, 27 Januari 2011




0 Komentar:

Post a Comment

Videografi Seni Pertunjukan Wayang Rumah Ki Slamet Gundono